Popular Posts

masukan E-mail mu untuk berlannganan:

Delivered by FeedBurner

Selasa, 21 Desember 2010

tiga karung beras

Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah

kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak

laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak

laki-lakinya untuk saling menopang.

Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung

tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut

diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih

menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.

Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah

sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.

Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg

beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak

mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.

Dan kemudian berkata kepada ibunya: " Ma, saya mau berhenti sekolah dan

membantu mama bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata

: "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu

harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu,

pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah

nanti berasnya mama yang akan bawa kesana".

Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah,

mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang

anak ini dipukul oleh mamanya.

Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan

merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.

Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya

datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.

pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan

mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : " Kalian para

wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini

isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat

penampungan beras campuran". Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali

meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam

kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari

kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata:

"Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin

itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli

beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah

jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa

matang sempurna.

Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya"

.

Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kami

semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan

berkata : "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-

macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut

akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas

kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama

kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama.

Bawa pulang saja berasmu itu !".

Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut

dan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari

mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak

bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai,

menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan

membengkak.

Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik

stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok

tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk

membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah

lagi."

Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung

sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.

Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi

kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan

kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang

terkumpul diserahkan kesekolah.

Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun

mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata:

"Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa

diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru- buru menolak dan

berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah

anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan

mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu

pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam

kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut

selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus

masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.

Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak

ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak

murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang

diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.

Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah

sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.

Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru

dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."

Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik

keatas mimbar.

Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan

melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang

anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada

anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan

berkata: "Oh Mamaku...... ......... ...

Inti dari Cerita ini adalah:

Pepatah mengatakan: "Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan

sepanjang kenangan" Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi

kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang

mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu

harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya.

Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan

satu kalimat: " Terimakasih Mama.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu. ..

selamanya".


REPOSTING DARI TEMAN SAYA rumah curhat

0 komentar

Posting Komentar