Popular Posts

masukan E-mail mu untuk berlannganan:

Delivered by FeedBurner

Rabu, 30 November 2011

Beda dari yang lain

Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.


Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.

Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali. Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya.

Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu. Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan.

Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya. Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya." Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu. Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.

Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku! " Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan oleh NYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami." Saya hanya bisa berucap "terima kasih" sambil tersenyum.

Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya.

Kita sering membatasi diri dalam berbuat baik. Kalau kita hanya berbuat baik kepada orang yang baik kepada kita, apa bedanya dengan yang lain ? Kalau kita berbuat baik kepada mereka yang diakui status sosialnya di masyarakat, apa bedanya dengan yang lain ? Mampukah kita bertindak seperti yang dilakukan oleh ibu dalam kisah diatas ? Bila kita melakukannya dengan sebuah ketulusan untuk berbuat baik, Tuhan pasti akan memberikan penghargaan yang tinggi untuk kita bahkan kita sendiri tidak tahu apa ‘hadiah’ yang diberikan Tuhan atas tindakan semacam itu :)

Jangan puas menjadi orang yang biasa biasa saja .. tapi jadilah orang yang memiliki karakter luar biasa dan beda dengan yang lain !

REPOSTING DARI TEMAN SAYA rumah curhat
Read More

Diam adalah Emas

Saat anda tak memiliki kata-kata yang perlu dibicarakan, diamlah. Cukup mudah untuk mengetahui kapan waktunya berbicara. Namun, mengetahui kapan anda harus diam adalah hal yang jauh berbeda. Salah satu fungsi bibir adalah untuk dikatupkan. Bagaimana anda bisa memperhatikan dan mendengarkan dengan lidah yang berkata-kata. Diamlah demi kejernihan pandangan anda.

Orang yang mampu diam di tengah keinginan untuk berbicara mampu menemukan kesadaran dirinya. Sekali anda membuka mulut, anda akan temui betapa banyak kalimat-kalimat meluncur tanpa disadari. Mungkin sebagian kecil kata-kata itu tidak anda kehendaki. Seringkali orang tergelincir oleh kerikil kecil, bukan batu besar. Butiran mutiara indah hanya bisa tercipta bila kerang mutiara mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sekali ia membuka lebar-lebar cangkangnya, maka pasir dan kotoran laut akan segera memenuhi mulutnya.

Inilah ibarat, kekuatan anda untuk diam. Kebijakan seringkali tersimpan rapat dalam diam para bijak. Untuk itu anda perlu berusaha membukanya sekuat tenaga. Bukankah pepatah mengatakan, “diam adalah emas”

REPOSTING DARI TEMAN SAYA rumah curhat
Read More

Fleksibel

Bila anda menganggap bahwa mengatasi setiap persoalan butuh kekuatan pendirian, ketangguhan otot, dan kekerasan kemauan, maka anda separuh benar.

Sebuah batu cadas yang keras hanya bisa segera dihancurkan dengan mengerahkan segenap daya kuat. Oleh karenanya, banyak orang melatih diri agar semakin kuat, semakin tangguh dan semakin tegar.

Tapi, seringkali kenyataan tak bisa dihadapi dengan pendirian kuat, atau diatasi dengan ketangguhan otot, atau dipecahkan dengan kemauan keras. Ada banyak hal yang tak
bisa anda terima, namun harus anda terima.

Maka, senantiasa anda membutuhkan sebuah kelenturan sikap. Bukanlah kelenturan sikap pertanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana ia ada. Bila anda menganggap bahwa mengatasi persoalan adalah dengan menerima persoalan itu, maka anda menemukan separuh benar yang lain.
Mengatasi masalah yang kita hadapi harus dengan ketenangan dan disesuaikan dengan kondisi sekitar kita. Tidak semua pendapat atau teori yang kita dapatkan itu bias diterapkan dalam menyelesaikan masalah. Fleksibel .. itulah kata yang tepat untuk menyelesaikan sebuah masalah. Ada saatnya dibutuhkan ketangguhan dan kemauan keras, tapi ada saatnya juga dibutuhkan ketenangan dan kelemah lembutan dalam menghadapinya :)

Apapun masalahnya, yang penting ada niat dalam hati kita untuk mencari jalan keluarnya, pasti Tuhan yang akan menolong kita menemukannya !
REPOSTING DARI TEMAN SAYA rumah curhat
Read More

Fokus Pada Proses

Film Laskar Pelangi merupakan salah satu film yang sukses di Indonesia. Kayaknya rugi banget deh kalo masih ada yang belum nonton film yang sarat makna ini. Film yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata itu berhasil mengangkat fenomena pendidikan anak anak bangsa. Ternyata ibu Muslimah, salah satu tokoh utama di novel tersebut adalah nyata. Dalam salah satu interwiev di sebuah TV swasta, ia mengaku sangat terkejut dan nggak mengira kalau salah satu muridnya, Andrea Hirata, akan menuliskan kisahnya dan bahkan kisah itu menjadi film yang laris di tanah air. Berkat film itu juga akhirnya Belitung, kota asalnya, menjadi terkenal.

Ibu Muslimah sudah menjadi guru lebih dari 27 tahun, julukan Laskar Pelangi adalah julukan yang memang ia berikan pada murid muridnya waktu itu. Yang menjadi kerinduannya waktu itu hanya satu, murid muridnya menjadi pintar dan bermoral. Suatu keinginan dan harapan yang mulia. Segenap hidupnya ia curahkan untuk mewujudkan kerinduannya ini, siap menyangka puluhan tahun kemudia pekerjaan yang ia lakukan memberikan dampak yang sedemikian besar. Ia menjadi inspirasi novel dan film yang mendidik dan laris dipasaran.

Apa yang kita kerjakan sekarang ini, mungkin masih belum terlihat hasilnya. Tapi kalau kita fokus pada harapan dan keinginan untuk mewujudkan apa yang kita cita citakan, Tuhan akan memperhitungkan kerja keras yang tulus dari kita itu. Dan bukang nggak mungkin kita akan menjadi seperti ibu Muslimah yang begitu terpana dengan dampak yang luar biasa dari sesuatu yang dia kerjakan dulu. Jangan terfokus pada hasil akhir, tapi fokuslah pada proses dan jalani itu dengan tulus. Dan pada akhirnya kita akan melihat hasil yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.

Tuhan memperhatikan pekerjaan kita, kesibukan keseharian kita dalam bekerja, mengurus keluarga, dll. Selama kita melakukan semuanya itu dengan tekun dan setia dengan disertai hati yang tulus, niscaya akan ada waktu kita menuai hasilnya. Ibu Muslimah hanya melakukan dengan tekun profesinya sebagai guru SD, tetapi ia menuai kesetiaannya. So jangan pernah lelah untuk apa yang kita kerjakan, apapun profesi kita, buah yang manis sedang menunggu didepan untuk kita tuai :)

Selamat berkarya !


REPOSTING DARI TEMAN SAYA rumah curhat
Read More

Cara Pandang yang beda

Kamu pasti tahu dong Columbus .. si petualang dunia yang berhasil menemukan benua Amerika. Ada sepenggal kisah dari perjalanan dia.

Pada suatu hari, Columbus mengadakan perjamuan makan. Dalam perjamuan makan itu. Dia menceritakan semua kisah yang dihadapi dalam pencarian Benua baru tersebut. Semua tamu undangan terpukau dan mengakui kehebatan Sang Penemu Benua Baru tersebut, namun beberapa orang yang iri dengan sinis berkata," "Apa hebatnya dia ? Dia cuma berlayar dan kebetulan saja menemukan benua baru. Siapa saja juga bisa melakukan itu". Mendengar hal tersebut, Columbus kemudian menantang para orang yang iri tersebut. "Marilah kita bertanding untuk membuktikan siapa yang lebih baik. Barangsiapa yang bisa membuat telur-telur rebus itu berdiri di atas meja makan ini, maka ialah orang yang terbaik dan semua gelar-kekayaanku akan kuserahkan padanya"

Orang-orang yang iri tersebut menerima tantangan Columbus. Dan mereka mulai mencoba mengambil telur rebus itu dan berusaha setengah mati membuat telur rebus itu berdiri diatas meja makan. Tapi tetap saja telur itu menggelinding jatuh. Sampai akhirnya mereka putus asa dan menyerah. Kemudian giliran Columbus untuk membuktikan bahwa telur rebus itu bias berdiri diatas meja makan. Dia mengambil telur itu kemudian sedikit menekanya hingga bunyi ‘krekk’ dan telur rebus itu akhirnya bisa berdiri di atas meja makan tersebut.

Melihat kejadian seperti itu, mereka yang iri jadi sinis dan berkata :”Kalo Cuma begitu ya kita bisa aja lakukan itu !” Tapi apa jawab Columbus, dengan santai dan bijaknya dia berkata :”Kenapa tidak dilakukan dari tadi kalau memang kalian bisa dengan cara seperti itu ?”

Dari cerita diatas kita bisa menarik beberapa hal yang bisa diterapkan dalam kehidupan kita sehari hari. Bahwa yang namanya kesuksesan itu harus dimulai dengan sebuah gagasan yang disertai dengan tindakan nyata. Ditambah lagi kita harus bias berpikir diluar hal hal yang biasa atau “Think Out of The Box”. Karena itu yang dilakukan Columbus. Saat orang orang berpikir bahwa membuat telur itu berdiri adalah dengan cara menegakkannya dengan berbagai cara tapi Columbus malah membuat sebuah gagasan lain yaitu meretakkan bagian bawah telur sehingga bisa berdiri tegak dan itu berhasil !

So, buat kamu yg lagi membutuhkan ide, coba deh lihat dari sisi yang lain pasti kamu akan dapet gagasan baru J

fernglas

REPOSTING DARI TEMAN SAYA rumah curhat
Read More

Ranting ranting kecil

Suatu siang yang panas, seorang pemuda yang sudah kelelahan berjalan menghampiri sebuah pohon yang rindang untuk istirahat dibawahnya. Dia mulai menikmati hembusan angin siang itu sambil menikmati music dari MP3 playernya, dia melepas lelahnya dan mulai terkantuk kantuk. Tiba tiba ada ranting kecil yang jatuh yg mengagetkan dia tapi kemudia karena lelahnya, dia tidak mempedulikan gangguan kecil itu dan melanjutkan istirahatnya.

Tidak lama kemudian, ranting yg agak besar jatuh lagi mengenai pundaknya. Dengan sedikit kesal dia mencoba untuk bergeser untuk menghindari ranting2 yg mulai berjatuhan kemudian melanjutkan menikmati music ditelinganya sambil beristirahat. Hembusan angin dibawah pohon rindang itu mulai menina bobo kan dia dalam istirahatnya, tiba tiba ‘braakkk’ .. suara yg mengagetkan itu membuat dia terhenyak dari istirahatnya, ternyata bukan ranting lagi yang jatuh, kali ini sebuah tas sekolah penuh dengan buku. Langsung dia berdiri dan melihat ke atas pohon, ternyata ada seorang anak yang lagi duduk diatas pohon.

“Kamu lagi ngapain disitu ?” Tanya si pemuda ini
“Saya lagi baca buku, pak ! Dan waktu saya mau turun ternyata ada bapak dibawah, jadinya saya gak bisa turun!” Seru si anak
“Kenapa kamu gak teriak aja dari atas sana untuk minta saya menyingkir dari sini supaya kamu bisa turun ?” Kata si pemuda menimpali
Sambil turun dari pohon si anak berkata :”Saya sudah panggil beberapa kalai malah sampai berteriak, tapi bapak tidak mendengar karena bapak asik dengerin music ! Makanya saya lemparin pake ranting ranting, ternyata nggak mempan juga. Ya sudah, cara terakhir, saya lempar saja tas sekolah saya ke bawah supaya bapak sadar kalau ada orang diatas pohon!”

Kita ini juga sama seperti pemuda tadi. Saat kita mulai menikmati kehidupan kita yang nyaman, seolah tidak mau terganggu dengan aturan aturan Tuhan. Kita asik melakukan hal hal yang kita sukai yang akhirnya membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Sampai akhirnya Tuhan harus bertindak mengingatkan keberadaanNya pada kita. Kadang Dia memberikan ujian ujian kecil untuk mengembalikan kita kepadaNya, tapi kita sering tidak mengindahkan itu. Sampai pada akhirnya kita menghadapi masalah atau ujian yang besar, baru kita mulai melihat ke Atas dan menyadari bahwa Tuhan itu bersama kita.

Dalam menjalani kehidupan, kita harus selalu waspada dengan setiap kejadian atau masalah yang bermunculan, karena dengan itu kita diingatkan untuk kembali kepada Tuhan dan berharap kepada DIA !


REPOSTING DARI TEMAN SAYA rumah curhat
Read More